Jika kita perhatikan di sekeliling kita, terkadang ada beberapa orang
yang takut melakukan kesalahan jika sedang diawasi oleh atasannya. Akan
dilakukannya segala pekerjaan dengan kesungguhan dan penuh kehati-hatian.
Namun, ketika sendirian dia seakan tak peduli dan dengan santainya melakukan
kesalahan tersebut. Bahkan, terkadang tanpa rasa bersalah sedikitpun, pekerjaan
itu dilakukannya dengan asal-asalan.
Begitu pula dalam hubungan kita dengan
Allah. Terkadang, ada orang yang terlihat khusyuk beribadah kepada-Nya di waktu
dalam keramaian manusia. Namun, ketika dalam kesendiriannya dia melakukan
perbuatan dosa.
Padahal, Allah mengetahui apa yang kita
lakukan; di manapun kapanpun dan dalam kondisi bagaimanapun. Maka selayaknya
bagi kita untuk merasa bahwa diri ini selalu diawasi oleh-Nya.
Tak heran, satu dari tujuh golongan yang
akan mendapatkan naungan dari-Nya di hari mahsyar kelak adalah orang yang dalam
kesendiriannya selalu ingat serta merasa diawasi oleh-Nya. “Seseorang yang
berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian sehingga meneteslah air mata dari
kedua matanya.”
(HR. Bukhari no. 1334 dan Muslim no.
1712)
Nah, ada sebuah kisah menarik yang berkaitan
dengan apa yang kita bahas.
Pada zaman Umar Ibnu Khattab menjadi
khalifah, ada suatu peraturan yang dikeluarkan oleh beliau. Peraturan ini,
berkaitan dengan susu yang dijual. Saat itu, sering didapati para penjual yang
mencampur susu dagangannya dengan air. Ini termasuk penipuan.
Maka, Khalifah Umar segera mengeluarkan
peraturan yang melarang hal tersebut.
Sudah menjadi kebiasaan Khalifah Umar
ketika malam hari, berkeliling melihat keadaan rakyatnya secara langsung. Dan
suatu malam, beliau berjalan di pinggiran kota. Ketka melewari rumah seorang
penjual susu, tiba-tiba beliau mendengar suara seorang wanita tua memerintah
anak perempuannya, “Campurlah susu yang akan kita jual dengan air.”
Namun ternyata, sang anak menolak.
“Bagaimana aku akan mencampurnya, bukankah Amirul Mukminin telah meralang?”
sanggahnya. Ibunya pun menjawab, “Semua orang telah melakukannya. Jadikanlah
susu yang kita jual ini, sebagaimana susu yang mereka jual. Amirul Mukminin tak
akan mengetahuinya.”
Sang anak tetap menolak seraya berkata,
“Meskipun Amirul Mukminin tidak mengetahuinya, akan tetapi Allah mengetahuinya.
Tak akan kulakukan.”
Khalifah Umar, kagum ketika mendengar apa
yang diucapkan oleh perempuan tersebut. Di hari berikutnya, beliau
memerintahkan anaknya yang bernama Ashim untuk menikahi perempuan itu. “Semoga
dia melahirkan keturunan yang baik,” ucapnya.
Ashim menikahinya, lalu
dari pernikahan itu lahirlah seorang wanita yang kemudian dijadikan istri oleh
Khalifah Daulah Umawiyah; Abdul Aziz Ibnu Marwan. Dari pernikahan inilah, lahir
seorang khalifah yang terkenal adil saat memerintah; Khalifah Umar Ibnu Abdul
Aziz.
(Dikutip dari kitab
Nihayatul Arib karya Annuairy 3/238 dengan beberapa perubahan)
Jadi, tetaplah lakukan apapun yang terbaik
dalam kondisi sendirian ataupun bersama dengan banyak manusia. Karena, Allah
selalu melihatnya.
0 komentar:
Posting Komentar