"Faqshushil qashasa, la'allahum yatafakkarun. Maka, kisahkanlah kisah (umat-umat terdahulu) mudah-mudahan mereka berfikir."
(Quran, Surat Al A'raf ayat 176)
Itulah ayat pembuka yang sering dibacakan
oleh khatib Jum'at kami saat memulai khutbahnya. Intinya, bacalah kisah-kisah
tentang para umat yang mendahului kita. Agar kita senantiasa mengambil
pelajaran darinya. Jika dalam kisah itu ada kebaikan, hendaklah kita
meneladaninya serta mengamalkan seperti apa yang mereka amalkan.
Namun, jika di dalamnya ada keburukan maka
sudah selayaknya kita memohon pertolongan Allah agar dijauhkan dari perbuatan
tersebut. Karena, orang yang baik adalah orang yang tak mau terjatuh dalam
lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Maka, marilah kita kembali membuka lembaran
sejarah. Membaca kembali kisah kehidupan generasi terbaik ummat ini. Generasi
yang disebutkan oleh Rasulullaj dalam sabdanya;
"Sebaik-baik umatku adalah pada
masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu
orang-orang yang setelah mereka ."
(Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Marilah kita coba membuka lembaran sejarah
di tahun pertama hijrahnya umat Islam dari makkah ke Madinah. di mana ukhuwah ummat ini dimulai.
Adalah keinginan Rasulullah saat itu
mempersatukan dan memperkuat ikatan ukhuwah ummat ini. Maka dari itu, setelah
membangun masjid sebagai poros utama kegiatan Islam dimulailah apa yang
dinamakan 'taakhi'. Jika dilihat dari maknanya, memang benar menjadikan
saudara.
Dimulailah kisah agung itu, dengan sebuah
kisah menakjubkan yang seakan sulit lekang dari ingatan kita. Bagaimana kisah Abdurrahman bin Auf, seorang
yang kaya dengan perniagaannya di Makkah. Dan karena cintanya pada Islam,
ditinggalkanlah semua yang dimilikinya demi melaksanakan perintah Allah.
Hingga hadirlah Sahabat Nabi yang mulia ini
tak memiliki apapun ketika sampai di Madinah.
Adalah Saad Bin Rabi' Al Anshari, seorang
Ansar yang tergolong kaya di antara penduduk Madinah saat itu. Dialah orang
Anshar yang dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Abdurrahman bin Auf.
Dia memiliki dua orang istri, dan beberapa
harta yang sekiranya dibagi menjadi dua bagian pastilah ternagi rata.
Cobalah dengar apa yang diucapkannya saat
itu. "Saudaraku, aku memiliki dua orang istri. Maka pilihlah salah
satunya, kemudian nikahilah ia. Dan aku juga memiliki sejumlah harta yang akan
aku bagi dua denganmu. Terimalah ..."
Itulah ukhuwah yang diajarkan oleh
Sahabat-Sahabat Rasulullah yang mulia. Pernahkah kita membayangkan ada orang
yang rela memberikan segala yang dimilikinya untuk diberikan kepada saudara
seimannya? Inilah contoh persaudaraan hakiki yang pelu kita contoh dalam
kehidupan saat ini.
Namun, dengar pula bagaimana Sahabat mulia
itu menjawab tawarannya. Ia hanya berkata, "Tunjukkanlah padaku di mana
letak pasar di kota ini."
Sa'ad kemudian menunjukkan padanya di mana
letak pasar Madinah. Maka mulailah Abdurrahman berniaga di sana. Belum lama
menjalankan bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mahar
nikah.
Ia pun mendatangi Rasulullah seraya
berkata, "Saya ingin menikah, Wahai Rasulullah," katanya.
"Apa mahar yang akan kau berikan pada
istrimu?" tanya Rasul SAW.
"Emas seberat biji kurma,"
jawabnya.
Rasulullah bersabda, "Laksanakanlah
walimah, walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati
pernikahanmu dan hartamu."
(Diringkas dari berbagai sumber)
(Diringkas dari berbagai sumber)
Itulah salah satu dari banyaknya kisah
tentang ukhuwah yang harus kita teladani.
Bacalah kisah-kisah kehidupan, agar dirimu
bisa lebih baik menapaki jalanan kehidupan ini.
0 komentar:
Posting Komentar