Dengan gulungan benang-benang kata, kita 'kan merajut makna.

Rabu, 15 Maret 2017

Belajar Merajut Benang-Benang Ukhuwah




"Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah. Jadilah ia persaudaraan kita; sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji." 

(Kutipan buku Dalam Dekapan Ukhuwah, Salim A Fillah)


Ukhuwah; satu kata yang unik. Mengikat hati-hati yang berbeda, merangkulnya dalam satu kesatuan, menaunginya dalam teduhnya kebersamaan. Namun, kebersamaan itu pula bukanlah kebersamaan semu. Karena, di dalamnya kita saling mengenal, saling memahami, saling berbagi, saling membantu serta saling melengkapi satu sama lain.

Dalam ukhuwah ini, kita bersama merajut benang-benang kekerabatan.  Mengikat erat hubungan persaudaraan dalam jiwa. Memang, benang-benang ukhuwah ini tak dapat diindra. Namun sangat kuat dirasa dalam jiwa.

Dalam ukhuwah ini, tak ada yang berbeda. Semua kita adalah sama. Berdiri di atas bumi pijakan yang sama rata. Menunduk hadapkan wajah ke kiblat yang sama. Bersujud, menghamba kepada Allah Yang Esa.

Dan tak lupa, berjuang di jalan yang sama; berusaha menggapai ridho-Nya.

Genggamlah erat tangan-tangan saudaramu. Karena, akan lebih nyaman jika kita melangkah bersama.
Semoga, Allah selalu meneguhkan hati kita dalam memegang erat agama-Nya. Dan memberi kekuatan kaki-kaki kita untuk teguh menapaki jalanan kehidupan yang telah digariskan oleh-Nya.

Dalam dekapan ukhuwah, ikatan kita tak hanya diucap dengan kata-kata. Islam telah mengatur bagaimana ikatan ukhuwah yang sesungguhnya.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, setiap muslim adalah saudara. Maka, sudah selayaknya kita saling membantu; meringankan beban yang dipikul oleh saudara kita. Bukankah begitu yang telah Rasulullah contohkan?

Laksana sebuah bangunan yang saling mengokohkan, begitulah yang Rasulullah gambarkan tentang ukhuwah yang sesungguhnya.

Rasulullah bersabda,
“Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.” 

 (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Nah, sebagaimana bagian-bagian sebuah bangunan maka hendaknya kita selalu bersatu dan saling menguatkan satu sama lain. Janganlah berpecah belah, karena umat ini akan kuat jika senantiasa bersatu.

Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah juga menggambarkan persaudaraan antar muslim bagaikan sebuah tubuh yang saling berhubungan antar anggota tubuhnya

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan senantiasa berjaga dan merasakan demam.” 

(Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim)

Sebagaimana yang kita ketahui, jika salah satu bagian tubuh kita merasa sakit, maka bagian tubuh kita yang lain juga akan ikut merasakan sakit. Bahkan, kita tak bisa tidur karena salah satu bagian tubuh yang sakit itu.

Nah, saat ini banyak saudara muslim kita yang sedang tertindas, teraniaya, dan tersakiti. Lalu, tidakkah kita ikut merasa sakit karena penderitaan mereka?

Pastilah kita semua merasakannya.
Apakah yang akan kita lakukan?
Lakukanlah apapun semampu kita untuk membantu meringankan beban mereka. Setidaknya,  berdoalah agar Allah segera meringankan beban hidup yang sedang mereka rasakan. Berdoalah tanpa sepengetahuan mereka. Karena, malaikat akan mendoakan dirinya.

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”  

(Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim No. 4912)

Marilah kita mulai belajar. Bagaimana merajut benang-benang ukhuwah menjadi rajutan indah penuh makna.
Ukhuwah ini ada bukanlah untuk sekadar hiasan kata pemanis ucapan antar sesama muslim. Ukhuwah ini ada dalam bentuk nyata. Merasuk dalam aliran darah dan detak nadi kita.

Semoga, ukhuwah ini membimbing kita meraih ridho-Nya hingga mengantarkan kita dalam naungan nikmat surga-Nya.

***

Ahmad Yusuf Abdurrohman
#TeruslahMenjadiPembelajar


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Blog

GoresanPena Kehidupan. Diberdayakan oleh Blogger.

Tentang Penulis

Foto saya
Aku bukan sesiapa. Hanya segores nama biasa. Mencoba 'tuk suratkan makna.

Pengikut