Islam adalah agama yang memberi perhatian besar pada
masalah adab dan akhlak. Itulah mengapa, dalam setiap aspek kehidupan yang
dijalani pastilah ada contoh suri tauladan yang diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam kepada kita sebagai umatnya.
Bahkan, Allah telah memuji Akhlak Rasulullah di dalam
Al Qur'an,
"Wainnaka la'ala khuluqin adzim. Dan sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang agung."
(Al Quran, Surat Al Qalam Ayat 04)
"Wainnaka la'ala khuluqin adzim. Dan sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang agung."
(Al Quran, Surat Al Qalam Ayat 04)
Kita sebagai umat islam, diwajib untuk meneladani
semua akhlak mulia yang Rasulullah ajarkan. Baik yang Rasulullah perintahkan
secara langsung, maupun yang terlihat dari keseharian yang beliau jalani.
Dan salah satu sifat Rasulullah yang dikenang oleh
semua orang bahkan oleh musuh-musuhnya adalah tentang kejujurannya. Bahkan
orang-orang Quraisy menjulukinya dengan julukan mulia 'Al-Amin' yang berarti
orang yang bisa dipercaya.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam pernah pergi ke tanah lapang, lalu
beliau mendaki bukit seraya berseru, "Wahai sekalian kaum."
Kemudian orang-orang Quraisy berkumpul mendatangi
beliau, lalu beliau bersabda, "Bagaimana pendapat kalian jika aku
memberitahu kalian bahwa musuh akan menyerang kalian di pagi atau sore hari,
apakah kalian mempercayaiku?"
"Ya," jawab mereka. Beliau bersabda: "Sesungguhnya
aku adalah pemberi peringatan kepada kalian akan adzab yang sangat pedih."
Lalu Abu Lahab berkata, "Apakah untuk ini engkau
kumpulkan kami? Kebinasaanlah bagimu."
Setelah itu, Allah menurunkan ayat 'tabbat yadaa abii lahabiw watabb' (Binasalah
kedua tangan Abu Lahab, sesungguhnya dia akan binasa). Yang pertama sebagai
kutukan baginya, sedangkan yang kedua sebagai pemberitahuan mengenai
keadaannya.
Abu Lahab adalah salah seorang paman Rasulullah saw.
yang nama aslinya adalah 'Abdul 'Uzza bin 'Abdul Muththalib dan nama kunyahnya
adalah Abu 'Utaibah. Disebut Abu Lahab karena wajahnya yang memancarkan cahaya.
Dia termasuk orang yang menyakiti, membenci, mencaci, dan merendahkan
Rasulullah saw. dan juga agama beliau.
(Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al Masad)
(Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al Masad)
Itulah kisah Rasulullah yang dipercaya oleh kaumnya.
Namun, ketika kebenaran itu telah nyata di depan mereka, orang-orang Quraisy
memilih untuk berpaling. Namun, darinya kita bisa mengambil kesimpulan
bahwasanya Rasulullah adalah orang yang dipercaya karena kejujurannya meakipun
oleh musuh-musuhnya.
Marilah kita mulai pembahasan tentang kejujuran. Kejujuran
adalah modal utama bagi seorang muslim untuk dikenal sebagai seorang yang
dipercaya. Mengapa kejujuran itu penting?
Karena, darinya kita bisa menguji apakah seseorang itu
pantas diberikan amanah ataukah tidak. Apakah seseorang berhak dipercaya atas
hal-hal rahasia yang kita miliki ataukah tidak.
Itu juga sebabnya, ada sebagian orang yang mengatakan
bahwa kejujuran adalah modal utama dalam beragama.
Dan perlu diketahui juga, bahwa kejujuran itu bisa
menunjukkan kita jalan kepada kebenaran yang akhirnya bermuara di surga.
Dari Ibnu mas'ud Rodhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya kejujuran menunjukkan pada kebaikan.
Dan kebaikan menunjukkan (jalan) ke surga. (Sedangkan) dusta pastilah
menunjukkan pada keburukan, dan keburukan akan menunjukkan (jalan) ke neraka."
(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Itulah mengapa kita harus menerapkan sifat jujur kapan
pun dan di mana pun kita berada. Karena sudah pasti banyak kebaikan yang akan
kita peroleh darinya. Tidak ada kerugian yang akan kita dapatkan jika sifat
jujur ini kita kerjakan.
Mungkin, ketika ada seorang pedagang yang menerapkan sifat
jujur pada kesehariannya dalam berjualan akan muncul komentar dari orang lain
bahwa yang dilakukannya pasti menjadikan dirinya memperoleh kerugian.
Namun, sebagai seorang muslim percayalah bahwa Allah
yang mengatur rungi dan untungnya seorang pedagang. Bukan apa yang dikatakan
oleh orang lain. Karena, sebanyak apapun untung yang diperoleh jika tidak didapatkan
dengan cara yang halal pastilah tak ada keberkahan yang didapatkan.
Bukankah yang kita harapkan adalah keberkahan dan
ridho dari Allah?
Maka, tetaplah jujur bagaimanapun kondisi yang kaualami.
Bagaimanapun risiko yang akan kaudapatkan darinya. Karena, Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam pernah memerintahkan, "Katakanlah
yang benar, walaupun kebenaran itu pahit."
HR. Ahmad, At Thabrani, Ibnu Hibban dan Al Hakim. Al Hakim berkata, "Sanadnya Shohih."
HR. Ahmad, At Thabrani, Ibnu Hibban dan Al Hakim. Al Hakim berkata, "Sanadnya Shohih."
Jadilah orang
yang menjaga kejujuran di mana pun dan kapan pun. Semoga Allah memberkahi
setiap amal perbuatan yang kita lakukan.
Ditulis oleh Ahmad Yusuf Abdurrohman
***
0 komentar:
Posting Komentar