Dengan gulungan benang-benang kata, kita 'kan merajut makna.

Rabu, 01 Maret 2017

Inilah Makna Sebuah Kejujuran




Islam adalah agama yang memberi perhatian besar pada masalah adab dan akhlak. Itulah mengapa, dalam setiap aspek kehidupan yang dijalani pastilah ada contoh suri tauladan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada kita sebagai umatnya. 
 
Bahkan, Allah telah memuji Akhlak Rasulullah di dalam Al Qur'an,
 "Wainnaka la'ala khuluqin adzim. Dan sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang agung." 
(Al Quran, Surat Al Qalam Ayat 04)

Kita sebagai umat islam, diwajib untuk meneladani semua akhlak mulia yang Rasulullah ajarkan. Baik yang Rasulullah perintahkan secara langsung, maupun yang terlihat dari keseharian yang beliau jalani. 
Dan salah satu sifat Rasulullah yang dikenang oleh semua orang bahkan oleh musuh-musuhnya adalah tentang kejujurannya. Bahkan orang-orang Quraisy menjulukinya dengan julukan mulia 'Al-Amin' yang berarti orang yang bisa dipercaya.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam pernah pergi ke tanah lapang, lalu beliau mendaki bukit seraya berseru, "Wahai sekalian kaum."
Kemudian orang-orang Quraisy berkumpul mendatangi beliau, lalu beliau bersabda, "Bagaimana pendapat kalian jika aku memberitahu kalian bahwa musuh akan menyerang kalian di pagi atau sore hari, apakah kalian mempercayaiku?"
"Ya," jawab mereka. Beliau bersabda: "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian akan adzab yang sangat pedih."
Lalu Abu Lahab berkata, "Apakah untuk ini engkau kumpulkan kami? Kebinasaanlah bagimu."
Setelah itu,  Allah menurunkan ayat  'tabbat yadaa abii lahabiw watabb' (Binasalah kedua tangan Abu Lahab, sesungguhnya dia akan binasa). Yang pertama sebagai kutukan baginya, sedangkan yang kedua sebagai pemberitahuan mengenai keadaannya.
Abu Lahab adalah salah seorang paman Rasulullah saw. yang nama aslinya adalah 'Abdul 'Uzza bin 'Abdul Muththalib dan nama kunyahnya adalah Abu 'Utaibah. Disebut Abu Lahab karena wajahnya yang memancarkan cahaya. Dia termasuk orang yang menyakiti, membenci, mencaci, dan merendahkan Rasulullah saw. dan juga agama beliau. 

(Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al Masad)

Itulah kisah Rasulullah yang dipercaya oleh kaumnya. Namun, ketika kebenaran itu telah nyata di depan mereka, orang-orang Quraisy memilih untuk berpaling. Namun, darinya kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya Rasulullah adalah orang yang dipercaya karena kejujurannya meakipun oleh musuh-musuhnya.



Marilah kita mulai pembahasan tentang kejujuran. Kejujuran adalah modal utama bagi seorang muslim untuk dikenal sebagai seorang yang dipercaya. Mengapa kejujuran itu penting?
Karena, darinya kita bisa menguji apakah seseorang itu pantas diberikan amanah ataukah tidak. Apakah seseorang berhak dipercaya atas hal-hal rahasia yang kita miliki ataukah tidak.
Itu juga sebabnya, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa kejujuran adalah modal utama dalam beragama. 
Dan perlu diketahui juga, bahwa kejujuran itu bisa menunjukkan kita jalan kepada kebenaran yang akhirnya bermuara di surga.

Dari Ibnu mas'ud Rodhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya kejujuran menunjukkan pada kebaikan. Dan kebaikan menunjukkan (jalan) ke surga. (Sedangkan) dusta pastilah menunjukkan pada keburukan, dan keburukan akan menunjukkan (jalan) ke neraka." 
(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

Itulah mengapa kita harus menerapkan sifat jujur kapan pun dan di mana pun kita berada. Karena sudah pasti banyak kebaikan yang akan kita peroleh darinya. Tidak ada kerugian yang akan kita dapatkan jika sifat jujur ini kita kerjakan.

Mungkin, ketika ada seorang pedagang yang menerapkan sifat jujur pada kesehariannya dalam berjualan akan muncul komentar dari orang lain bahwa yang dilakukannya pasti menjadikan dirinya memperoleh kerugian.
Namun, sebagai seorang muslim percayalah bahwa Allah yang mengatur rungi dan untungnya seorang pedagang. Bukan apa yang dikatakan oleh orang lain. Karena, sebanyak apapun untung yang diperoleh jika tidak didapatkan dengan cara yang halal pastilah tak ada keberkahan yang didapatkan.

Bukankah yang kita harapkan adalah keberkahan dan ridho dari Allah?
Maka, tetaplah jujur bagaimanapun kondisi yang kaualami. Bagaimanapun risiko yang akan kaudapatkan darinya. Karena, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah memerintahkan,  "Katakanlah yang benar, walaupun kebenaran itu pahit."
HR. Ahmad, At Thabrani, Ibnu Hibban dan Al Hakim. Al Hakim berkata, "Sanadnya Shohih." 

Jadilah orang yang menjaga kejujuran di mana pun dan kapan pun. Semoga Allah memberkahi setiap amal perbuatan yang kita lakukan.


*** 

Ditulis oleh Ahmad Yusuf Abdurrohman
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Blog

GoresanPena Kehidupan. Diberdayakan oleh Blogger.

Tentang Penulis

Foto saya
Aku bukan sesiapa. Hanya segores nama biasa. Mencoba 'tuk suratkan makna.

Pengikut